Sahabat fisika...pernah denger/menyaksikan nggak fenomena halo matahari ?
Bagaimana pelangi bisa mengelilingi matahari ?
Bagaimana proses terbentuknya halo matahari ?
Benarkah kemunculan halo matahari merupakan sebuah pertanda bencana ?
mari kita cari tau....
Halo dalam
bahasa latin (ἅλως;)
disebut juga nimbus, icebow, atau Gloriole. Halo matahari
merupakan fenomena lingkaran pelangi mengelilingi matahari. Halo matahari merupakan
fenomena optis yang terjadi akibat refleksi dan refraksi cahaya matahari/bulan oleh
kristal – kristal es pada awan cirus yang dingin yang berada pada 5 – 10 km
atau 3 – 6 mil di lapisan atas troposfer.
Halo
adalah fenomena optikal berupa lingkaran cahaya di sekitar sumber cahaya
Matahari atau Bulan. Fenomena Halo adalah lingkaran seperti pelangi
yang mengelilingi matahari. Berikut ini gambar halo matahari.
Halo matahari
pada umumnya melibatkan putaran radius 220 halo dan sundogs (parhelia).
Radius 22° gerhana matahari tidak kelihatan. Ia seperti helaian yang
berlapis-lapis atau habuk pada permukaan awan cirrus yang tipis. Awan ini sejuk
dan mengandung kristal es walaupun pada iklim yang sangat panas.
Gerhana
matahari sangat besar, selalu mempunyai diameter yang sama dalam posisinya
di langit. Kadang-kadang hanya sebagian saja yang muncul. Semakin kecil cincin
cahaya yang terbias muncul mengelilingi matahari atau bulan, dihasilkan oleh
corona dari lebih banyak tetesan air daripada dibiaskan oleh kristal es,
hal ini bukan berarti menunjukkan bahwa hujan akan turun.
Saat
awan cirus hanya merefleksikan dan merefraksikan cahaya matahari, biasanya halo
yang terbentuk hanya cincin yang tak berwarna. Namun jika pada sudut yang
tepat, bisa terjadi juga dispersi sehingga cincin yang terjadi juga berwarna
seperti halnya pelangi.
Fenomena
halo matahari ini bergantung pada bentuk dan arah kristal es, cahaya matahari
direfleksikan dan dibiaskan oleh permukaan es yang berbentuk batang atau prisma
sehingga sinar matahari menjadi terpecah kedalam beberapa warna karena efek dispersi
udara dan dipantulkan ke arah tertentu, sama seperti pada pelangi. Kejadian
halo matahari ini dapat terjadi pada cuaca yang sangat dingin, ketika kristal
es terbentuk di dekat permukaan dan memantulkan cahaya.
Benarkah
fenomena halo matahari merupakan pertanda bencana ?
Prof. Dr. Sudibyakto, M.S.,
pengamat iklim UGM, menyampaikan fenomena halo matahari adalah fenomena yang
biasa terjadi. Fenomena ini tidak ada kaitannya dengan peristiwa bencana alam,
seperti gempa bumi.
Halo yang terlihat melingkar
matahari merupakan hasil pembelokan cahaya matahari oleh partikel uap air di
atmosfer. Halo terbentuk karena dispersi butir-butir es atau air pada awan
sirrus oleh sinar ultraviolet.
Lebih
lanjut dikatakan Sudibyakto, pada saat musim hujan, partikel uap air ada yang
naik hingga tinggi sekali di atmosfer. Partikel air memiliki kemampuan untuk
membelokkan atau membiaskan cahaya matahari. Karena terjadi pada siang hari
saat posisi matahari sedang tegak lurus terhadap bumi, cahaya yang dibelokkan
juga lebih kecil. "Itu sebabnya yang tampak di mata masyarakat yang
kebetulan menyaksikannya adalah lingkaran gelap di sekeliling matahari,”
terangnya.
Ditambahkan Sudibyakto, halo matahari sebenarnya sama dengan
proses terbentuknya pelangi pada pagi atau sore hari setelah hujan. Lengkungan
pelangi sering terlihat di bagian bawah cakrawala karena partikel uap air yang
membelokkan cahaya matahari berkumpul di bagian bawah atmosfer. Di sisi lain,
pada pagi atau sore hari, matahari pun masih berada pada sudut yang rendah.
”Pada posisi yang miring ini, kemampuan partikel air membiaskan cahaya lebih
besar sehingga warna-warna yang muncul juga lebih lengkap,” tambahnya.
Pada
siang hari, lanjutnya, saat matahari pada posisi tegak lurus terhadap bumi,
kemampuan pembelokan cahaya menjadi rendah sehingga warna yang terlihat sangat
terbatas. Warnanya terlihat gelap karena pandangan ke arah matahari juga
terhalang debu, sedangkan di pagi hari, saat udara masih bersih, yang tampak
adalah warna kemerahan. (Humas UGM/Ika)